Sunday, December 31, 2017
Saturday, December 23, 2017
Monday, December 18, 2017
Sunday, October 1, 2017
eksplanasi bullying
Penindasan
(bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan,
ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.
Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan
kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau
ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali
terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan
penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan
cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi
antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan
lingkungan.
Sejumlah peneliti telah berusaha mendefinisikan perilaku bullying. Di
antara definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut adalah sebagai
berikut.
Olweus(1994: 9) mendefinisikan bullying merupakan tindakan
negatif yang dilakukan seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang dan
terjadi dari waktu ke waktu.
Tattum dan
Tattum (1993: 8)
menjelaskan bahwa ”bullying adalah hasrat yang sadar dan disengaja untuk
menyakiti dan membuat orang lain tertekan.”
Rigby (2002: 15) mendefinisikan bullying sebagai ”penekanan
atau penindasan berulang-ulang, secara psikologis atau fisik terhadap seseorang
yang memiliki kekuatan atau kekuasaan yang kurang oleh orang atau kelompok
orang yang lebih kuat.”
Menurut Coloroso
(2003: 44), bullying adalah
tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan
untuk menyakiti, Seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan teror
Termasuk juga tindakan yang direncakan maupun yang spontan, bersifat nyata atau
hampir tidak terlihat, di hadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah
untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh
seorang anak atau kelompok anak.
Tanda-tanda bullying Olweus (1993:
9) merumuskan adanya tiga unsur dasar bullying, yaitu bersifat menyerang dan
negatif, dilakukan secara berulang kali, dan adanya ketidakseimbangan kekuatan
antara pihak yang terlibat. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Coloroso (2007: 44-45) bahwa bullying akan selalu mengandung tiga elemen,
yaitu: kekuatan yang tidak seimbang, bertujuan untuk menyakiti, ancaman akan
dilakukannya agresi. Sehingga seseorang dianggap menjadi korban bullying bila
dihadapkan pada tindakan negatif seseorang atau lebih yang dilakukan berulang-ulang
dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu, bullying juga melibatkan kekuatan
dan kekuasaan yang tidak Seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan
tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif
yang diterimanya Olweus(1993:10).
Ada berbagai kategori bullying, Berikut adalah beberapa
kategori yang paling penting yang sering dibahas :
1. Pack intimidasi adalah bullying yang dilakukan oleh
kelompok. intimidasi itu lebih menonjol di sekolah-sekolah tinggi. Pack
intimidasi dilakukan dengan cara intimidasi fisik atau intimidasi emosional dan
dapat dilakukan secara langsung atau di dunia maya. bullying ini bisa terjadi
di halaman sekolah, lorong-lorong sekolah, lapangan olahraga, ruang kelas, atau
di bus sekolah.
2. Intimidasi individu adalah bullying yang dilakukan
perorangan dan bisa terjadi baik secara langsung atau online. Intimidasi
individu juga bisa dilakukan dengan cara intimidasi fisik atau intimidasi
emosional. Jenis ini sering terjadi di sekolah dasar di tempat-tempat yang
sepi.
3. Intimidasi fisik adalah bullying yang berbentuk
kekerasan fisik, seperti: mendorong, memukul, berkelahi, dan meludah. Mereka
memberikan ancaman bahaya fisik untuk memaksa orang melakukan sesuatu dan harus
sesuai keinginannya.
4. Intimidasi emosional adalah bullying yang melibatkan
faktor-faktor lain selain interaksi fisik, seperti: penghinaan, komentar yang
menghina, merubah nama panggilan, dan menggoda. Intimidasi ini dilakukan supaya
orang lain mengucilkan korban dan diabaikan, jenis ini juga bisa disebut
sebagai intimidasi sosial. Intimidasi emosional juga bisa dilakukan dengan cara
mengambil barang dan sengaja melupakan tempat menyimpan atau menyembunyikan
barang-barang seseorang.
Bentuk-bentuk bullying antara lain seperti berikut :
1. Bullying fisik, contohnya memukul, menjegal,
mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain, mengancam secara fisik,
memelototi, dan mencuri barang.
2. Bullying psikologis, contohnya menyebarkan gosip,
mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang,
mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara soial, dan
menghancurkan reputasi seseorang.
3. Bullying verbal, contohnya menghina, menyindir,
meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan, keluarga, kecacatan, dan
ketidakmampuan (exampel : "Eh ada sih pincang lewat").
4. Bullying secara seksual: ekshibisionisme, berbuat
cabul, dan adanya pelecehan seksual.
Dimana saja bullying bisa terjadi? Bullying bisa terjadi di
tempat-tempat berikut ini :
1. Terjadi pada pada situasi di mana pengawasan yang
kurang dari orang dewasa, seperti di kamar mandi sekolah, jalan masuk kelas,
dan tempat bermain.
2. Sering terjadi di tempat bermain daripada di kelas.
Interaksi agresif (baik secara fisik maupun verbal)
muncul setiap 24 menit di tempat bermain, sedangkan di dalam kelas
kemunculannya sekali setiap 37 menit.
3. Tempat bermain yang biasanya tidak diawasi oleh guru
atau orang dewasa, juga sulit dideteksi karena tingginya aktivitas bermain
anak-anak di lapangan dan sering dikira sebagai salah satu bentuk permainan
anak-anak misalnya permainan gulat.
4. Di dalam kelas.
Sementara itu anak-anak
juga rentan terhadap kasus bullying, lalu apa yang menyebabkan anak-anak turut
melakukan bullying, ternyata ada beberapa factor yaitu sebagai berikut, Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya
bullying. Faktor-faktor penyebabnya antara lain:
1. Faktor keluarga
: Anak yang melihat orang tuanya
atau saudaranya melakukan bullying sering akan mengembangkan perilaku bullying
juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik di rumah, mereka
akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri yang negatif, yang kemudian
dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan lebih dulu meyerang orang lain
sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh anak sebagai sebuah kekuatan
untuk melindungi diri dari lingkungan yang mengancam.
2. Faktor sekolah
: Karena pihak sekolah sering
mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan
mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi
anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan
sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada siswanya misalnya,
berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
Mengapa kita menjadi korban bullying? Orang yang biasanya dijadikan target penindasan adalah orang yang memiliki perbedaan mencolok dibanding yang lain. Perbedaan ini bisa jadi dari fisik, agama, rasnya, bahkan gaya berpakaian, dan perilaku seseorang. Contoh yang paling sering ditemui adalah kakak kelas tidak suka dengan adik kelas yang 'bertingkah' karena mencolok secara fisik, gaya berpakaian, dan perilaku sehingga dilabrak habis-habisan. Hal ini menyebabkan para adik kelas merasa takut berkeliaran, dan bertindak disekitar sekolah.
Apa yang Terjadi di Balik Bullying? Konsekuensi adalah sebuah kata yang
tepat untuk menggambarkan bagaimana dan apa yang bisa terjadi di balik perilaku
bullying ini. Pada artikel Ron Banks pada tahun 1997 dipaparkan sebuah
penelitian di Scandinavian bahwa ada koleksi yang kuat antara bullying yang
dilakukan oleh siswa selama beberapa tahun sekolah dimana mereka kemudian
menjadi pelaku kriminal saat dewasa. Ini adalah sebuah penelitan yang
memberikan gambaran bagaimana bullying bisa membentuk sebuah kepribadian yang
menempatkan seorang anak pada perjalanan dan pengalaman hidup yang kelam.
Sedangkan mereka
sebagai korban bullying sering mengalami ketakutan untuk sekolah dan menjadi
tidak percaya diri, merasa tidak nyaman, dan tidak bahagia. Aksi bullying
menyebabkan seseorang menjadi terisolasi dari kelompok sebayanya karena teman
sebaya korban bullying tidak mau akhirnya mereka menjadi target bullying karena
mereka berteman dengan korban.
Dampak bullying secara umum :
Pelaku
1. Bullying yang terjadi pada tingkat SD dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan pada jenjang pendidikan berikutnya.
2. Pelaku cenderung berperilaku agresif dan terlibat
dalam gank serta aktivitas kenakalan lainnya.
3. Pelaku retan terlibat dalam kasus kriminal menginjak
usia remaja.
Korban
1. Memiliki
masalah emosi, akademik, dan perilaku jangka panjang.
2. Cenderung memiliki harga diri yang rendah, lebih
merasa tertekan, suka menyendiri, cemas, dan tidak aman.
3. Bullying menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan
dengan sekolah seperti tidak suka terhadap sekolah, membolos, dan drop out.
Saksi
1. Mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan
mengalami tekanan psikologis yang berat.
2. Merasa terancam dan ketakutan akan menjadi korban
selanjutnya.
3. Dapat mengalami prestasi yang rendah di kelas karena
perhatian masih terfokus pada bagaimana cara menghindari menjadi target
bullying dari pada tugas akademik.
Mencegah Bullying
Dengan Kecerdasan Emosional. Kecerdasan emosi sangatlah penting untuk diajarkan di
sekolah. Seorang anak yang merasa cemas, cemburu, putus asa, atau terasing akan
mengalami kesulitan belajar, banyak diam, dan sulit untuk membangun hubungan
antar teman yang lain. Emosi berperan penting dalam perilaku bullying di
sekolah-sekolah. Banyak anak-anak disekolah melaporkan bahwa mereka telah
diintimidasi. Pengalaman pernah dibully merupakan pengalaman yang mengerikan
bagi setiap anak yang pernah mengalaminya, baik pernah diintimidasi secara
agresi fisik, pelecehan verbal, maupun pengucilan.
Bullying memiliki
konsekuensi emosional yang merugikan bagi semua. Korban yang pernah dibully
beresiko tinggi untuk depresi, cemas, dan memiliki keinginan bunuh diri.
Sedangkan para pelaku mengalami depresi,cemas, permusuhan, dan rentan terhadap
penyalahgunaan zat dan perilaku antisosial. Korban sasaran bullyinglah pada
akhirnya yang paling menderita, memerka berpotensi untuk melakukan kejahatan
dan penyalahgunaan mitra di kemudian hari (dendam). Salah satu insiden bullying
dapat merusak komunitas sekolah secara keseluruhan, mengganggu kesejahteraan
sekolah, dan meninggalkan bekas luka yang tak dapat terhapuskan pada kehidupan
anak-anak.
Kecerdasan
emosional perlu menjadi komponen utama dari upaya intimidasi pencegahan dari
prasekolah hingga kelas SMA . Mengambil pendekatan hukum dan ketertiban.
Intervensi pengamat bahkan bermaksud baik dapat memiliki konsekuensi yang sama.
Misalnya, meminta anak-anak untuk berdiri agar tidak pengganggu dapat membuat
kecemasan dan mungkin menyebabkan mereka berada pada risiko untuk pembalasan.
Semua anak
membutuhkan pendidikan dalam kecerdasan emosional. Pendidikan ini akan membantu
mencegah anak-anak untuk tidak menyakiti teman-temannya sebagai pelepasan
emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri dan
emosi orang lain. Anak-anak yang memeiliki kecerdasan emosi (mereka menggunakan
ketenangan emosi untuk menjaga hubungan yang sehat ketika senang, sedih dan
marah). Mereka mengalami sedikit depresi, kecemasan, dan agresi sehingga
hubungan antar pertemanan mereka pun bagus. sedangkan anak yang tidak memiliki
kecerdasan emosional rentan terhadap kesehatan mental (emosional) dan memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggunakan/melakukan perilaku agresif.
Kecerdasan
emosional dapat diajarkan seperti halnya mengajarkan matematika atau membaca.
pelajaran ini mudah diintegrasikan ke dalam kurikulum akademik standar dan
dapat meningkatkan instruksi kelas dan sekolah. Hasilnya, sekolah akan menjadi
lebih baik, siswa akan lebih bahagia, dan efektif unntuk menurunkan resiko
bullying di sekolah.
Secara khusus guru
harus mengikuti pelatihan tentang bagaimana cara mengajarkan kecerdasan emosi
kepada siswa dalam pembelajaran di kelas. Bagaimana kita bisa mengharapkan
anak-anak untuk belajar kosa kata strategi dan regulasi yang sesuai dengan usia
untuk mengekspresikan emosi mereka. Guru dilatih agar dapat mengajarkan
keterampilan untuk mengenali, memahami, melabel, mengungkapkan, dan mengatur
emosi. hal tersebut merupakan salah satu pendekatan yang efektif untuk
mengajarkan kecerdasan emosional pada anak di sekolah. Mengabaikan pendidikan
emosional pada anak dan orang dewasa beresiko menjadikan anak-anak yang tidak
memiliki rasa belas kasihan. Pengabaian ini telah menciptakan celah dalam
sistem pendidikan. Seperti seorang ahli menuliskan ”Mendidik pikiran tanpa
mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali”
Berikut yang dapat dilakukan oleh para guru untuk menangani kasus bullying di sekolah
:
1. Identifikasi perilaku bullying sejak dini.
2. Fasilitas diskusi kelompok dengan siswa dan orang tua
untuk membahas bullying.
3. Capai konsensus bersama mengenai bullying dan waktu
yang tepat untuk mengintervensi.
4. Guru memberikan contoh bagi siswa untuk selalu berperilaku
positif.
5. Meningkatkan pengawasan terhadap siswa, terutama di
tempat bermain.
6. Memanajemen kelas dengan menciptakan iklim kelas yang
bersahabat, pengaturan tempat duduk siswa, dan penggunaan media relaksasi di
kelas.
7. Membuat peratuan anti bullying di sekolah berdasarkan
kesepakatan bersama dengan siswa dan orang tua. Peraturan anti bullying
mengenai perilaku yang pantas untuk ditunjukkan siswa di sekolah. Jumlah aturan
tidak terlalu banyak dan dinyatakan dalam bentuk kalimat positif, misalnya
"Perlakukan semua orang dengan baik dan hormat", "Usahakan agar
semua orang merasa aman dan nyaman", serta "Tolong menolong adalah
hal terpuji untuk dilakukan".
Sementara itu orang tua dapat membiasakan diri memberikan feedback positif bagi anak
sehingga mereka belajar untuk berperilaku sosial yang baik dan mereka
mendapatkan model interaksi yang tepat bukan seperti perilaku bullying dan
agresi. Kemudian, menggunakan alternatif hukuman bagi anak dengan tidak
melibatkan kekerasan fisik maupun psikologis. Selain itu, orang tua mau
menjalin relasi dengan sekolah untuk berkonsultasi jika anaknya baik sebagai
pelaku bullying ataupun korban.
Jadi kasus bullying merupakan kasus
yang sangat serius dan merupakan sebuah penyakit akhlak dan budi pekerti bagi
manusia, terkhususnya kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki budaya saling
menghormati, hal ini ternyata mulai luntur dari jati diri kita. Untuk itu
marilah kita melakukan instropeksi diri apakah dalam keseharian kita, kita
telah tanpa sengaja melakukan bullying, jika iya maka kita harus lebih
berhati-hati lagi dikemudian hari terhadap ucapan dan gerak-gerik kita. Dan
untuk itu kita sebaiknya menanamkan karakter budi pekerti terhadap anak-anak
kita, agar mereka bisa menjadi penerus bangsa yang tidak hanya cemerlang dalam
bidang akademik, namun juga memiliki kualitas yang bagus dalam bidang budi
pekerti.
Sumber
dari :
https://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/bullying-pada-remaja.html
http://cewekbanget.grid.id/Love-Life-And-Sex-Education/Apa-Sih-Bullying-Itu?page=2
http://cewekbanget.grid.id/Love-Life-And-Sex-Education/Apa-Sih-Bullying-Itu?page=2
Sunday, July 30, 2017
Wednesday, June 14, 2017
MAJAS
MAJAS
Majas atau gaya bahasa
adalah cara pengarang atau seseorang yang mempergunakan bahasa sebagai alat
untuk mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam
jiwanya.
Pada
dasarnya majas dapat dibagi atas empat bagian utama, yakni :
A.
Majas perbandingan
B.
Majas sindiran
C.
Majas penegasan
D.
Majas pertentangan.
A.
Majas perbandingan:
1.
personifikasi :
adalah
majas yang melukiskan sesuatu dengan memberitakan sifat-sifat manusia kepada
benda-benda mati, atau makhluk hidup selain manusia, seolah-olah mempunyai
sifat seperti manusia.
Ex
: angin malam berbisik menyampaikan isi hati yang tak terungkapkan.
2.
Metafora :
Majas
perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat
atas dasar sifat yang sama atau hamper sama.
Ex
: raja siang telah pergi ke peraduannya.
(raja
siang = matahari)
3.
Eufemisme (ungkapan pelembut)
Yang
melukiskan sesuatu dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan
kata-kata lain untuk sopan sntun atau tabu bahasa (pantang)
Ex
: para tunakarya perlu perhatian yang serius dari pemerintah.
4.
Sinekdokhe :
Sinekdokhe
dapat dibedakan atas :
a.
Pars pro toto, yaitu majas sinekdokhe
yang melukiskan sebagian tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya.
Ex
: sudah lama aku menunggu tetapi sampai sekarang batang hidungnya tak kelihatan.
b.
Totem pro parte, ialah majas sinekdokhe
yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud adalah sebagian.
Ex
: Indonesia mengalahkan birma dengan 3-2 dalam SEA GAMES.(padahal yang
mengalahkan adalah satu tim, tetapi yang disebut indonesia)
5.
Alegori :
Majas
perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu
membentuk kesatuan yang menyeluruh.
Ex
: hidup ini diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar dilautan :
Suami
= nahkoda
Istri
= juru mudi
Topan,
gelombang, batu karang = cobaan/halangan dalam kehidupan
Tanah
seberang = cita-cita hidup
6.
Hiperbola :
Yang
melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan
kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyengatkan arti.
Ex
: kakak membanting tulang menghidupi keluarga.
7.
Simbolik :
Yang
melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simol atau
lambag.
Ex
: hari ini lintah darat datang kerumah
(lintah
darat = lambang pemeras, pemakan riba)
8.
Litotes (hiperbola negatif)
Majas
yang melukiskan keadaan dengan kata-kata
yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Ex
: perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera yang luas.
9.
Alusio :
Majas
perbandingan dengan mempergunakan ungkapan, peribahasa, tau kata-kata yang
artinya sudah diketahui umum.
Ex
: dia itu tong kosong nyaring bunyinya.
10. Asosiasi:
Yang
memperbadingkan sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat.
Ex:
wajahnya muram bagai bulan kesiangan.
11.
Periphrasis :
Perbandingan
yang melukiskan sesutau engan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata
yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Ex
: petang barulah dia pulang.
Menjadi
: ketika matahari hilang di balik gunung barulah dia pulang.
12. Metonimia
:
Perbandingan
yang mengemukakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang
dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda
keseluruhan.
Ex
: kemarin ia meakai fiat. =(mobil merk fiat)
13. Antonomasia
:
Majas
perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap sesorang berdasarkan ciri
atau sifat menonjol yang dimilikinya.
Ex
: si gendut itu menjadi juara kelas.
Si
pincang, si jangkung, si keriting, dan
lainnya.
14. Tropen
:
Makas
perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau
perbuatan dengan kata-kata lain yamg mengandung pengertian yang sejalan dan
sejajar.
Ex
: setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.
15. Parabel
:
Majas
perbandingan dengan mempergunakan perumpamaan dalam hidup. Majas ini terkandung
dalam seluruh isi karanga. Misalnya : bhagawat gita, mahabrata, bayan budiman.
B.
Majas sindiran :
1.
Ironi :
Yang
melukiskan sesuatu dengan menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan
maksud untuk menyindir orang.
Ex
: harum benar baumu sore ini !
2.
Sinisme:
Gaya
sindiran dengan mempergunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi kasar.
Ex
: itukah yang dinamakan bekerja?
3.
Sarkasme :
Majas
sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan.
Ex
: otakmu memang otak udang!
C.
Majas penegasan :
1.
Pleonasme :
Majas
penegasan yang mempergunakan sepatah kata yang sebenenarnya tidak perlu
dikatakan lagi karena arti kata tersebut terkandung dalam kata yang
diterangkan.
Ex
: saya melihat dengan mata kepala sendiri peristiwa itu.
(Naik
keatas, turun kebawah, maju kedepan)
2.
Repetisi :
Majas
penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata
berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Ex:
kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai
pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas kita.
3.
Paralelisme :
Ialah
majas penegasan repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Paralelisme dibagi atas :
a.
Anafora, yakni bila kata atau frase
yang diulang terletak di awal kalimat.
Ex
: kalau lah diam malam yang kelam
Kalau lah tenang sawang yang lapang
b.
Epifora, yakni bila kata atau frasa
yang diulang terletak di akhir kalimat atau larik.
Ex
: kalau kau mau, aku akan datang
Jika
kau kehendaki, aku akan datang
Bila
kau minta, aku akan datang.
c.
Adapula yang memperlihatkan penggunaan
anaphora dan epifora sekaligus, seperti :
Kami
jemu pada lagu
Kami
benci pada lagu
Kami
runtuh karena lagu
(oleh Muhammad ali)
4.
Tautologi :
Majas
penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama
artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Ex
: saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.
5.
Simetri :
Majas
penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata, kelompok kata atau
kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang
artinya dengan yang pertama.
Ex
: ayah diam serta tak suka berkata-kata.
6.
Anumerasio :
Majas
penegasan yang melukiskan beberapa
peristiwa membentuk satu kesatuan dilukiskan satu per satu supaya tiap-tiap
peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
Ex
: angina berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi
7.
Klimaks :
Majas
penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan mempergunakan
urutan kata-kata yang makin memuncak pengertiannya.
Ex
: sejak menyemai benih, tumbuh, hingga menuainya.
8.
Antiklimaks :
Majas
penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan
urutan kata-kata yang makin lama makin menurun pengertiannya.
Ex
: jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun tak ada.
9.
Retorik :
Majas
penegasan dengan mempergunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan
jawaban karena sudah diketahuinya.
Ex
: mana mungkin orang mati hidup kembali?
10. Koreksio
:
Majas
penegasan berupa membetulkan (mengoreksi) kembali kata-kata yang salah
diucapkan, baik yang disengaja maupun tidak.
Ex
: hari ini sakit ingatan, eh… maaf, sakit kepala maksudku.
11.
Asidenton :
Majas
penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara
berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
Ex
: kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di toko itu.
12. Polisindeton
:
Majas
penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara
berturut-turut dengan memakai kata penghubung.
Ex
: dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
13. Eksklamasio
:
Majas
penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
Ex:
amboi, indahnya pemandangan ini!
14. Praeterito
:
Majas
penegasan yang dilukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan
sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Ex
: kehirukpikukan masyarakat Yogyakarta dalam menyambut gerhana matahari total
yang langka ini tidak usah saya ceritakan lagi.
15. Interupsi
:
Majas
penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan
diantara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat
sebelumnya.
Ex
: aku, orang yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan
pangkat.
Majas pertentangan :
1.
Antitesis :
Majas
pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Ex
: hidup matinya manusia di tangan tuhan.
2.
Paradoks :
Ialah
majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal
maksud sesunguhnya tidak karena objeknya berlaianan.
Ex
: hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai ini.
3.
Okupasi :
Majas
pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan tetapi kemudian diberi
penjelasannya atau diakhiri dengan kesimpulan.
Ex
: merokok itu merusak kesehatan. Akan tetapi, si perokok tak dapat mengehntikan
kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.
4.
Kontadiksio in terminis :
Ex : semua murid kelas ini hadir, kecuali
si Hasan yang sedang ikut jamboree.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
KERAJINAN ORGANIK TEMPAT TISU DARI BIJI-BIJIAN. NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Ø ALFAJARI JULIADI. Ø ASYA RISKYA F.A.P Ø FITRIAN...
-
2. Apa pengaruh SDA terhadap ekonomi Negara Indonesia? Faktor-fakto...