Sunday, October 1, 2017

eksplanasi bullying



Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.

Sejumlah peneliti telah berusaha mendefinisikan perilaku bullying. Di antara definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut adalah sebagai berikut.
Olweus(1994: 9) mendefinisikan bullying merupakan tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu.
Tattum dan Tattum (1993: 8) menjelaskan bahwa ”bullying adalah hasrat yang sadar dan disengaja untuk menyakiti dan membuat orang lain tertekan.”
Rigby (2002: 15) mendefinisikan bullying sebagai ”penekanan atau penindasan berulang-ulang, secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan yang kurang oleh orang atau kelompok orang yang lebih kuat.”
Menurut Coloroso (2003: 44), bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, Seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan teror Termasuk juga tindakan yang direncakan maupun yang spontan, bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, di hadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak.

            Tanda-tanda bullying Olweus (1993: 9) merumuskan adanya tiga unsur dasar bullying, yaitu bersifat menyerang dan negatif, dilakukan secara berulang kali, dan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Coloroso (2007: 44-45) bahwa bullying akan selalu mengandung tiga elemen, yaitu: kekuatan yang tidak seimbang, bertujuan untuk menyakiti, ancaman akan dilakukannya agresi. Sehingga seseorang dianggap menjadi korban bullying bila dihadapkan pada tindakan negatif seseorang atau lebih yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu, bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak Seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya Olweus(1993:10).

            Ada berbagai kategori bullying, Berikut adalah beberapa kategori yang paling penting yang sering dibahas :
1. Pack intimidasi adalah bullying yang dilakukan oleh kelompok. intimidasi itu lebih menonjol di sekolah-sekolah tinggi. Pack intimidasi dilakukan dengan cara intimidasi fisik atau intimidasi emosional dan dapat dilakukan secara langsung atau di dunia maya. bullying ini bisa terjadi di halaman sekolah, lorong-lorong sekolah, lapangan olahraga, ruang kelas, atau di bus sekolah.
2. Intimidasi individu adalah bullying yang dilakukan perorangan dan bisa terjadi baik secara langsung atau online. Intimidasi individu juga bisa dilakukan dengan cara intimidasi fisik atau intimidasi emosional. Jenis ini sering terjadi di sekolah dasar di tempat-tempat yang sepi.
3. Intimidasi fisik adalah bullying yang berbentuk kekerasan fisik, seperti: mendorong, memukul, berkelahi, dan meludah. Mereka memberikan ancaman bahaya fisik untuk memaksa orang melakukan sesuatu dan harus sesuai keinginannya.
4. Intimidasi emosional adalah bullying yang melibatkan faktor-faktor lain selain interaksi fisik, seperti: penghinaan, komentar yang menghina, merubah nama panggilan, dan menggoda. Intimidasi ini dilakukan supaya orang lain mengucilkan korban dan diabaikan, jenis ini juga bisa disebut sebagai intimidasi sosial. Intimidasi emosional juga bisa dilakukan dengan cara mengambil barang dan sengaja melupakan tempat menyimpan atau menyembunyikan barang-barang seseorang.

            Bentuk-bentuk bullying antara lain seperti berikut :
1. Bullying fisik, contohnya memukul, menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain, mengancam secara fisik, memelototi, dan mencuri barang.
2. Bullying psikologis, contohnya menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara soial, dan menghancurkan reputasi seseorang.
3. Bullying verbal, contohnya menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan, keluarga, kecacatan, dan ketidakmampuan (exampel : "Eh ada sih pincang lewat").
4. Bullying secara seksual: ekshibisionisme, berbuat cabul, dan adanya pelecehan seksual.

            Dimana saja bullying bisa terjadi?  Bullying  bisa terjadi di tempat-tempat berikut ini :
1. Terjadi pada pada situasi di mana pengawasan yang kurang dari orang dewasa, seperti di kamar mandi sekolah, jalan masuk kelas, dan tempat bermain.
2. Sering terjadi di tempat bermain daripada di kelas.
Interaksi agresif (baik secara fisik maupun verbal) muncul setiap 24 menit di tempat bermain, sedangkan di dalam kelas kemunculannya sekali setiap 37 menit.
3. Tempat bermain yang biasanya tidak diawasi oleh guru atau orang dewasa, juga sulit dideteksi karena tingginya aktivitas bermain anak-anak di lapangan dan sering dikira sebagai salah satu bentuk permainan anak-anak misalnya permainan gulat.
4. Di dalam kelas.

            Kenapa seseorang melakukan bullying? Para pelaku bully mendapatkan kepuasan dari menindas orang. Ia merasa lebih kuat, lebih berkuasa, karena ada orang yang takut pada dirinya. Bisa jadi ia berpikiran, ia akan mendapat popularitas disekolah karena ditakuti oleh siswa lainnya. Padahal sesungguhnya para pembully ini akan dibenci oleh orang-orang yang tidak setuju dengan tindakannya. Dan alasan lain mereka menindas adalah karena mereka iri pada kelebihan target bullying mereka, mereka merasa terancam dengan kehadiran seseorang yang lebih cantik, lebih pintar dari mereka. Atau sebenarnya mereka memiliki masalah yang menyebabkan mereka menindas untuk menyalurkan amarah mereka kepada orang lain. Mereka tidak tahu apa dampak perbuatan bullyingnya terhadap para korban mereka. Sehingga mereka tidak merasa bersalah atas perbuatannya.
                Sementara itu anak-anak juga rentan terhadap kasus bullying, lalu apa yang menyebabkan anak-anak turut melakukan bullying, ternyata ada beberapa factor yaitu sebagai berikut, Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya bullying. Faktor-faktor penyebabnya antara lain:

1. Faktor keluarga : Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan lebih dulu meyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang mengancam.

2. Faktor sekolah : Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

3. Faktor kelompok sebaya : Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
            Mengapa kita menjadi korban bullying? Orang yang biasanya dijadikan target penindasan adalah orang yang memiliki perbedaan mencolok dibanding yang lain. Perbedaan ini bisa jadi dari fisik, agama, rasnya, bahkan gaya berpakaian, dan perilaku seseorang. Contoh yang paling sering ditemui adalah kakak kelas tidak suka dengan adik kelas yang 'bertingkah' karena mencolok secara fisik, gaya berpakaian, dan perilaku sehingga dilabrak habis-habisan. Hal ini menyebabkan para adik kelas merasa takut berkeliaran, dan bertindak disekitar sekolah.
                Apa yang Terjadi di Balik Bullying? Konsekuensi adalah sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana dan apa yang bisa terjadi di balik perilaku bullying ini. Pada artikel Ron Banks pada tahun 1997 dipaparkan sebuah penelitian di Scandinavian bahwa ada koleksi yang kuat antara bullying yang dilakukan oleh siswa selama beberapa tahun sekolah dimana mereka kemudian menjadi pelaku kriminal saat dewasa. Ini adalah sebuah penelitan yang memberikan gambaran bagaimana bullying bisa membentuk sebuah kepribadian yang menempatkan seorang anak pada perjalanan dan pengalaman hidup yang kelam.
                  
Sedangkan mereka sebagai korban bullying sering mengalami ketakutan untuk sekolah dan menjadi tidak percaya diri, merasa tidak nyaman, dan tidak bahagia. Aksi bullying menyebabkan seseorang menjadi terisolasi dari kelompok sebayanya karena teman sebaya korban bullying tidak mau akhirnya mereka menjadi target bullying karena mereka berteman dengan korban.

                Dampak bullying secara umum :
 Pelaku
1. Bullying yang terjadi pada tingkat SD dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan pada jenjang pendidikan berikutnya.
2. Pelaku cenderung berperilaku agresif dan terlibat dalam gank serta aktivitas kenakalan lainnya.
3. Pelaku retan terlibat dalam kasus kriminal menginjak usia remaja.

Korban
1.  Memiliki masalah emosi, akademik, dan perilaku jangka panjang.
2. Cenderung memiliki harga diri yang rendah, lebih merasa tertekan, suka menyendiri, cemas, dan tidak aman.
3. Bullying menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan sekolah seperti tidak suka terhadap sekolah, membolos, dan drop out.

Saksi
1. Mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan psikologis yang berat.
2. Merasa terancam dan ketakutan akan menjadi korban selanjutnya.
3. Dapat mengalami prestasi yang rendah di kelas karena perhatian masih terfokus pada bagaimana cara menghindari menjadi target bullying dari pada tugas akademik.

           
Mencegah Bullying Dengan Kecerdasan Emosional. Kecerdasan emosi sangatlah penting untuk diajarkan di sekolah. Seorang anak yang merasa cemas, cemburu, putus asa, atau terasing akan mengalami kesulitan belajar, banyak diam, dan sulit untuk membangun hubungan antar teman yang lain. Emosi berperan penting dalam perilaku bullying di sekolah-sekolah. Banyak anak-anak disekolah melaporkan bahwa mereka telah diintimidasi. Pengalaman pernah dibully merupakan pengalaman yang mengerikan bagi setiap anak yang pernah mengalaminya, baik pernah diintimidasi secara agresi fisik, pelecehan verbal, maupun pengucilan.

Bullying memiliki konsekuensi emosional yang merugikan bagi semua. Korban yang pernah dibully beresiko tinggi untuk depresi, cemas, dan memiliki keinginan bunuh diri. Sedangkan para pelaku mengalami depresi,cemas, permusuhan, dan rentan terhadap penyalahgunaan zat dan perilaku antisosial. Korban sasaran bullyinglah pada akhirnya yang paling menderita, memerka berpotensi untuk melakukan kejahatan dan penyalahgunaan mitra di kemudian hari (dendam). Salah satu insiden bullying dapat merusak komunitas sekolah secara keseluruhan, mengganggu kesejahteraan sekolah, dan meninggalkan bekas luka yang tak dapat terhapuskan pada kehidupan anak-anak.
                                                      
Kecerdasan emosional perlu menjadi komponen utama dari upaya intimidasi pencegahan dari prasekolah hingga kelas SMA . Mengambil pendekatan hukum dan ketertiban. Intervensi pengamat bahkan bermaksud baik dapat memiliki konsekuensi yang sama. Misalnya, meminta anak-anak untuk berdiri agar tidak pengganggu dapat membuat kecemasan dan mungkin menyebabkan mereka berada pada risiko untuk pembalasan.

Semua anak membutuhkan pendidikan dalam kecerdasan emosional. Pendidikan ini akan membantu mencegah anak-anak untuk tidak menyakiti teman-temannya sebagai pelepasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri dan emosi orang lain. Anak-anak yang memeiliki kecerdasan emosi (mereka menggunakan ketenangan emosi untuk menjaga hubungan yang sehat ketika senang, sedih dan marah). Mereka mengalami sedikit depresi, kecemasan, dan agresi sehingga hubungan antar pertemanan mereka pun bagus. sedangkan anak yang tidak memiliki kecerdasan emosional rentan terhadap kesehatan mental (emosional) dan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggunakan/melakukan perilaku agresif.

Kecerdasan emosional dapat diajarkan seperti halnya mengajarkan matematika atau membaca. pelajaran ini mudah diintegrasikan ke dalam kurikulum akademik standar dan dapat meningkatkan instruksi kelas dan sekolah. Hasilnya, sekolah akan menjadi lebih baik, siswa akan lebih bahagia, dan efektif unntuk menurunkan resiko bullying di sekolah.

Secara khusus guru harus mengikuti pelatihan tentang bagaimana cara mengajarkan kecerdasan emosi kepada siswa dalam pembelajaran di kelas. Bagaimana kita bisa mengharapkan anak-anak untuk belajar kosa kata strategi dan regulasi yang sesuai dengan usia untuk mengekspresikan emosi mereka. Guru dilatih agar dapat mengajarkan keterampilan untuk mengenali, memahami, melabel, mengungkapkan, dan mengatur emosi. hal tersebut merupakan salah satu pendekatan yang efektif untuk mengajarkan kecerdasan emosional pada anak di sekolah. Mengabaikan pendidikan emosional pada anak dan orang dewasa beresiko menjadikan anak-anak yang tidak memiliki rasa belas kasihan. Pengabaian ini telah menciptakan celah dalam sistem pendidikan. Seperti seorang ahli menuliskan ”Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali”

Berikut yang dapat dilakukan oleh para guru untuk menangani kasus bullying di sekolah :
1. Identifikasi perilaku bullying sejak dini.
2. Fasilitas diskusi kelompok dengan siswa dan orang tua untuk membahas bullying.
3. Capai konsensus bersama mengenai bullying dan waktu yang tepat untuk mengintervensi.
4. Guru memberikan contoh bagi siswa untuk selalu berperilaku positif.
5. Meningkatkan pengawasan terhadap siswa, terutama di tempat bermain.
6. Memanajemen kelas dengan menciptakan iklim kelas yang bersahabat, pengaturan tempat duduk siswa, dan penggunaan media relaksasi di kelas.
7. Membuat peratuan anti bullying di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama dengan siswa dan orang tua. Peraturan anti bullying mengenai perilaku yang pantas untuk ditunjukkan siswa di sekolah. Jumlah aturan tidak terlalu banyak dan dinyatakan dalam bentuk kalimat positif, misalnya "Perlakukan semua orang dengan baik dan hormat", "Usahakan agar semua orang merasa aman dan nyaman", serta "Tolong menolong adalah hal terpuji untuk dilakukan".
            Sementara itu orang tua dapat membiasakan diri memberikan feedback positif bagi anak sehingga mereka belajar untuk berperilaku sosial yang baik dan mereka mendapatkan model interaksi yang tepat bukan seperti perilaku bullying dan agresi. Kemudian, menggunakan alternatif hukuman bagi anak dengan tidak melibatkan kekerasan fisik maupun psikologis. Selain itu, orang tua mau menjalin relasi dengan sekolah untuk berkonsultasi jika anaknya baik sebagai pelaku bullying ataupun korban.

            Jadi kasus bullying merupakan kasus yang sangat serius dan merupakan sebuah penyakit akhlak dan budi pekerti bagi manusia, terkhususnya kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki budaya saling menghormati, hal ini ternyata mulai luntur dari jati diri kita. Untuk itu marilah kita melakukan instropeksi diri apakah dalam keseharian kita, kita telah tanpa sengaja melakukan bullying, jika iya maka kita harus lebih berhati-hati lagi dikemudian hari terhadap ucapan dan gerak-gerik kita. Dan untuk itu kita sebaiknya menanamkan karakter budi pekerti terhadap anak-anak kita, agar mereka bisa menjadi penerus bangsa yang tidak hanya cemerlang dalam bidang akademik, namun juga memiliki kualitas yang bagus dalam bidang budi pekerti.

Sumber dari :
https://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/bullying-pada-remaja.html
http://cewekbanget.grid.id/Love-Life-And-Sex-Education/Apa-Sih-Bullying-Itu?page=2